Ini Sukabumi - Nikmati sekaligus pelajari filosofi di balik Uyeg Sukabumi. Kesenian hasil revitalisasi Anis Djatisunda, dari teater Uyeg Abah Ita Citepus Sukabumi, ini merupakan pertunjukan Uyeg sangat berbeda dengan genre teater rakyat lainnya. Hal itu disebabkan karena hadirnya tokoh sakral Sanghyang Raja Uyeg di panggung pertunjukan. Pemahaman arti Sanghyang sebagai julukan terhormat (honorific epithet) di dalam mitologi Sunda merupakan gelar seseorang atau sesuatu yang dianggap memiliki daya gaib yang bersifat transendental dan biasanya sinonim dengan sebutan dewa dalam religi Hinduisme. Tokoh ini hanya muncul tiga kali sepanjang pertunjukan dan memiliki kedudukan terhormat sebagai penguasa jagat Uyeg. Di dalam Uyeg, tokoh Sanghyang Raja Uyeg dimainkan oleh seorang pemain, tidak sebagai shaman. Namun bias arkais dengan Uyeg lama, masih terdapat pada pra pertunjukannya, yakni pembakaran kemenyan dengan pembacaan mantra Panajem (mantra pengikat penononton), dan memakai setting, gambaran tiga dunia (imago mundi), yakni dunia atas, dunia tengah, dan dunia bawah. Di dalam penyajiannya teater Uyeg disajikan sebagai hiburan namun masih tetap mempertahankan idiom teater asalnya (Uyeg lama) dengan unsur-unsur di antaranya Tokoh Sanghyang Raja Uyeg, Kain Peundeung hitam putih, Ronggeng Kembang dan ronggeng Panyeta, mantra Panajem, dan cerita tiga dunia (dunia atas, dunia, dan dunia bawah).
Dewasa ini, pertunjukan teater Uyeg hampir mirip dengan pertunjukan teater di gedung-gedung pertunjukan, serta difungsikan sebagai apresiasi mahasiswa. Acara dimulai pukul 20.00 WIB-pukul 22.00 WIB, yang ditentukan karena sudah sangat tergantung dari panjang pendeknya naskah lakon. Naskahnya ditulis Anis Jatisunda dalam bentuk naskah drama modern, di antaranya Sadar ditatar Siluman dan Pangadilan Topeng.
Komentar