Apakabar sahabatku? Setelah sebelumnya saya memasang artikel tentang Pantai Pelabuhan Ratu, kali ini saya mau berbagi informasi lagi, yaitu tentang Pantai Loji Sukabumi.
Banyak hal tentang sejarah yang akan didapatkan jika berkunjung ke Pantai Loji, diantaranya adalah sejarah vihara..
Pantai Loji terbilang indah, plus wisata vihara/ Foto-foto: Susi TNOLPantai Loji terbilang indah, plus wisata vihara/ Foto-foto: Susi TNOLBagi Anda, mungkin pergi ke objek wisata Pantai Pelabuhan Ratu sudah hal biasa. Tapi, tahukah, sebenarnya Anda telah melewatkan objek wisata yang lain yang tidak jauh dari Pelabuhan Ratu.
Di tempat ini, ternyata tak hanya dapat menikmati keindahan laut. Namun, khususnya, bagi pengunjung yang beragama Budha, bisa beribadah.
Ya, Loji nama Pantai dan tempat ibadah tersebut. Pantai Loji ini terletak di Desa Kertajaya, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Jaraknya dari Pelabuhan Ratu kurang lebih 30 km.
Jalur untuk ke sana dari Pelabuhan Ratu cukup mudah, karena tersedia kendaraan umum baik ojek maupun angkot. Namun, yang disayangkan adalah jalannya yang sangat tidak terawat dan berlubang, bahkan sempit.
Sepertinya, pemerintah setempat kurang memperhatikan objek wisata ini. Padahal, objek wisata ini berpotensi. Keindahan pantai dan udaranya begitu sejuk. Belum lagi terdapat Vihara, yang tak hanya tempat ibadah. Tapi, juga bisa dibilang sejarah kebudayaan Indonesia.
Nama vihara ini adalah vihara Nam Hai Kwan Im Pu Sa atau bisa disebut dengan lebih singkat sebagai Vihara Loji. Vihara Loji menjadi tempat ibadah bagi umat Budhisme Thailand.
Menurut sejarah, vihara ini dibangun oleh seseorang kebangsaan Thailand bernama Anothai Kamonwathin, yang kini telah menjadi Warga Negara Indonesia. Selama 30 tahun dengan nama kebesarannya yaitu Ibu atau Mama “Airin” berusia (62 tahun) dan membaur dengan warga setempat maupun warga-warga masyarakat lainnya.
Mama Airin, merupakan satu-satunya penggagas bangunan Vihara sebagai tempat Ibadah yang didirikan pada tanggal 08 Agustus Tahun 2000 yang diberi nama Vihara “Nam Hai Kwan Se Im Pu Sa”
Menurut penduduk setempat, bahwa jauh sebelum vihara ini dibangun mama Airin mengaku mendapat mimpi dan di lokasi Vihara inilah yang menjadi sarananya. Konon 600 tahun silam, saat zaman Dinasti Ching, Vihara ini telah ada. Namun, karena termakan waktu dan usia menjadi sangat tidak terlihat bentuk aslinya. Makanya vihara ini dibangun kembali.
Padepokan Prabu SiliwangiPadepokan Prabu SiliwangiVihara Nam Hai memiliki simbol Naga yang melambangkan energi (Chi) dan permulaan yang baru. Ada dua patung naga berkepala tujuh yang akan menyambut pengunjung di pintu masuk, yang merupakan titik awal dari sekitar 300 anak tangga untuk mencapai puncak vihara. Namun, sepertinya belum ada pengunjung yang berhasil menghitung tepat 300 tangga, bahkan ada yang bilang 400 tangga.
Memang, untuk menaiki tangga ini butuh energi yang kuat. Jika lelah, maka menghitung tangga pun akan kacau, seperti yang terjadi pada TNOL saat berkunjung ke sana.
Di tempat peribadatan umat Budha ini, ada 8 lapisan pada masing-masing lantai. Diantaranya, Dewi Bumi, Dewa Bumi,Budha Maetra / Milefo, Dewi Kwan Im, Padepokan Eyang Semar, Padepokan Prabu Siliwangi, Budha Four Face / Se Mien Fo dan Padepokan Ratu Pantai Selatan (Nyi Roro Kidul).
Nama hotel di Pelabuhan Ratu yang berlambang NagaNama hotel di Pelabuhan Ratu yang berlambang NagaNamun, saat datang ke padepokan Nyi Roro Kidul, ternyata tidak banyak pengunjung yang mendekat, bahkan masuk. Konon, katanya untuk masuk dan memotret ke alam harus izin penjaganya terlebih dahulu.
TNOL pun mendatangi salah satu penjaganya dan meminta izin masuk untuk memotret ke dalam. Namun, penjaga mengatakan untuk memotret harus disertai dengan keberanian, jika tidak berani alias merasa takut, lebih baik niat tersebut diurungkan.
Akhirnya, setelah mencoba masuk, ternyata di dalam sangat terasa kekuatan mistiknya. Bau bunga melati pun tercium dengan kuatnya. Di sana terdapat kamar tempat peristirahatan sang Ratu yang di tata indah dan sangat rapi.
Komentar