1. Lokasi dan Lingkungan Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar adalah sebuah kampung adat yang mempunyai ciri khas dalam lokasi dan bentuk rumah serta tradisi yang masih dipegang kuat oleh masyarakat pendukungnya. Masyarakat yang tinggal di Kampung Ciptagelar disebut masyarakat kasepuhan. Istilah kasepuhan berasal dari kata sepuh dengan awalan /ka/ dan akhiran /an/. Dalam bahasa Sunda, kata sepuh berarti \'kolot\' atau \'tua\' dalam bahasa Indonesia. Berdasarkan pengertian ini, muncullah istilah kasepuhan, yaitu tempat tinggal para sesepuh. Sebutan kasepuhan ini pun menunjukkan model \'sistem kepemimpinan\' dari suatu komunitas atau masyarakat yang berasaskan adat kebiasaan para orang tua (sepuh atau kolot). Kasepuhan berarti \'adat kebiasaan tua\' atau \'adat kebiasaan nenek moyang\'. Menurut Anis Djatisunda (1984), nama kasepuhan hanya merupakan istilah atau sebutan orang luar terhadap kelompok sosial ini yang pada masa lalu kelompok ini menamakan dirinya dengan istilah keturunan Pancer Pangawinan. Pada era 1960-an, Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar mempunyai nama khusus yang dapat dianggap sebagai nama asli masyarakat tersebut, yaitu Perbu. Nama Perbu kemudian hilang dan berganti menjadi kasepuhan atau kasatuan. Selain its I, mereka pun disebut dengan istilah masyarakat tradisi. Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar (selanjutnya ditulis Kampung Ciptagelar) merupakan nama baru untuk Kampung Ciptarasa. Artinya sejak tahun 2001, sekitar bulan Juli, Kampung Ciptarasa yang berasal dari Desa Sirnarasa melakukan "hijrah wangsit" ke Desa Sirnaresmi yang berjarak belasan kilometer. Di desa inilah, tepatnya di Kampung Sukamulya, Abah Anom atau Bapa Encup Sucipta sebagai puncak pimpinan kampung adat memberi nama Ciptagelar sebagai tempat pindahnya yang baru. Ciptagelar artinya terbuka atau pasrah. Kepindahan Kampung Ciptarasa ke kampung Ciptagelar lebih disebabkan karena "perintah leluhur" yang disebut wangsit. Wangsit ini diperoleh atau diterima oleh Abah Anom setelah melalui proses ritual beliau yang hasilnya tidak boleh tidak, mesti dilakukan. Oleh karena itulah perpindahan kampung adat bagi warga Ciptagelar merupakan bentuk kesetiaan dan kepatuhan kepada leluhurnya. Masyarakat atau warga Kampung Ciptagelar sebenarnya tidak terbatas di kampung tesebut saja tetapi bermukim secara tersebar di sekitar daerah Banten, Bogor, dan Sukabumi Selatan. Namun demikian sebagai tempat rujukannya, "pusat pemerintahannya" adalah Kampung Gede, yang dihuni oleh Sesepuh Girang (pemimpin adat), Baris Kolot (para pembantu Sesepuh Girang) dan masyarakat Kasepuhan Ciptagelar yang ingin tinggal sekampung dengan pemimpin adatnya. Kampung Gede adalah sebuah kampung adat karena eksistensinya masih dilingkupi oleh tradisi atau aturan adat warisan leluhur. Secara administratif, Kampung Ciptagelar berada di wilayah Kampung Sukamulya Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Jarak Kampung Ciptagelar dari Desa Sirnaresmi 14 Km, dari kota kecamatan 27 Km, dari pusat pemerintahan Kabupaten Sukabumi 103 Km dan dari Bandung 203 Km ke arah Barat. Kampung Ciptagelar dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat (mobil) dan roda dua (motor). Jenis kendaraan roda empat harus mempunyai persyaratan khusus, yakni mempunyai ketinggian badan cukup tinggi di atas tanah serta dalam kondisi prima. Apabila tidak mempunyai persyaratan yang dimaksud kecil kemungkinan kendaraan tersebut sampai ke lokasi. Dan umumnya mobil-mobil demikian hanya sampai di kantor Desa Sirnaresmi yang sekaligus merupakan tempat parkirnya. Selebihnya menggunakan kendaraan ojeg atau mobil umum (jenis jeep) yang hanya ada sewaktu-waktu atau jalan kaki. Guna mencapai lokasi tujuan, ada beberapa pilihan jalur jalan. Pilihan pertama adalah : Sukabumi - Pelabuhanratu. Pelabuhanratu - Cisolok berhenti di Desa Cileungsing. Dari Desa Cileungsing menuju Desa Sirnarasa dan berhenti di Kampung Pangguyangan. Di Kampung Pangguyangan semua kendaraan roda empat di parkir dan selanjutnya dari kampung ini menuju Kampung Ciptagelar ditempuh dengan jalan kaki atau naik ojeg. Sebagai catatan, melalui jalur ini kendaraan pribadi hanya sampai di Kampung Pangguyangan mengingat kondisi jalan yang berat. Pilihan jalur kedua adalah melalui Desa Sirnaresmi. Melalui jalur ini seseorang dapat langsung sampai ke lokasi Kampung Ciptagelar. Hal ini disebabkan kondisi jalan relatif balk dibandingkan dengan jalur melalui Kampung Pangguyangan. Tentu saja kendaraan yang prima dan keterampilan pengendara kendaraan yang lihai merupakan prioritas utama, mengingat kondisi jalan yang berbatu, tikungan yang tajam serta jurang yang curam. Jalur pilihan lainnya adalah dari Pelabuhanratu menuju Cisolok, berhenti di Kampung Cimaja. Dari Desa Cimaja menuju Desa Cicadas dengan mengambil kendaraan umum jurusan Cikotok dan berhenti di kantor Desa Sirnaresmi. Dari kantor Desa Sirnaresmi menuju Kampung Ciptagelar. Dalam hal ini kantor Desa Sirnaresmi menjadi patokan atau titik awal perjalanan menuju Kampung Ciptagelar. Dan di sini pula semua jenis kendaraan yang tidak memenuh persyaratan dititipkan atau diparkirkan. Selanjutnya perjalanan dilakukan dengan naik ojeg atau berjalan kaki. Perlu diketahui jalan ber-aspal hanya sampai di kantor Desa Simaresmi. Sementara itu jalan menuju ke Kampung Ciptagelar lebarnya hanya cukup untuk sebuah mobil dengan kondisi jalan berbatu-batu, naik turun dan relatif terjal. Di kiri kanan kadang-kadang dijumpai jurang yang cukup dalam. Letak geografis Kampung Ciptagelar berada di atas ketinggian 1050 meter di atas permukaan taut. Udaranya sejuk cenderung dingin dengan suhu antara 20° C samDai 26° C dan suhu rata-rata setiaq tahun sekitar 25° C. Kampung Ciptagelar dikelilingi gunung-gunung, yaitu Gunung Surandil, Gunung Karancang, dan Gunung Kendeng. -
Komentar